Thursday, October 30, 2008

KEMBALI KE NOL, KEMBALI KE FITRAH KITA

Suatu sore di sebuah pom bensin menjelang waktu berbuka puasa, datang sebuah mobil sedan yang didalamnya duduk seorang sopir dan seorang majikan. Dilihat dari penampilan dan tindak tanduknya tampaknya sang majikan mungkin seorang pejabat, karena beliau sudah sangat mapan dan terbiasa membawakan perannya seperti seorang pejabat kebanyakan seperti pandangan lurus kedepan, bicara agak-agak ketus, rambutnya disisir rapi dan agak berminyak dengan menampilkan muka kaku sedikit ja’im.

Seorang anak muda penjaga pom bensin yang saat itu bertugas dengan membungkuk bungkuk memberi hormat mengucap salam “ Selamat Sore Pak, mau isi berapa Pak.?”

Si-Pejabat dengan sangat ketus menjawab “ 20 liter.” Kemudian kembali mengangkat ponselnya buat melanjutkan pembicaraan. Lalu sesuai aturan keselamatan pengisian bahan bakar kembali si-pemuda dengan sangat ramahnya berucap “ maaf bisa matikan dulu pak handpone nya?”. Si Pejabat tidak mengacuhkan tetap dengan pandangan lurus kedepan dan mungkin dengan sedikit kesal dimatikannya handpone nya. “ mulai dari nol ya pak” kata si penjaga berucap kembali..

More...

Tak berapa lama terdengar suara adzan Magrib tanda waktu berbuka telah sampai, “Alhamdulillah…(ucap si penjaga pom) Silahkan berbuka dulu Pak”. kembali dengan ramahnya si penjaga pom bensin mempersilahkan si pejabat untuk berbuka puasa di rest area sekitar pom bensin dimana disana terdapat food court yang menjual makanan siap saji. Kembali si-pejabat dengan muka angkuh tidak memperdulikan bahkan tanpa basa basi mereka meninggalkan se penjaga sampai-sampai ucapan terima kasih sipenjaga tak digubrisnya sama sekali.

Waktupun berlalu,…sampai saat Hari Kemenangan datang.

Seperti hari biasa dengan menggenjot sepeda pancalnya kembali si penjaga datang ketempatnya bekerja meskipun saat itu orang pada bergembira di rumah dengan keluarga masing-masing namun sipenjaga masih saja tetap bekerja. Mungkin saja hari raya itu dirumahnya tidak mempunyai apa-apa buat dimakan selayaknya makanan yang dimakan orang-orang saat berlebaran, mungkin saja anak dan isterinya tidak memakai baju baru selayaknya orang-orang yang merayakan hari raya, namun ia ikhlas menerima, ia ikhlas menjalani hidup dengan apa adanya.

Tiba-tiba kembali sebuah mobil sedan yang sama dipenuhi penumpang yang isinya si-Pejabat dan keluarganya singgah untuk kembali mengisi bensin mobilnya. “Selamat Hari Raya…mohon maaf lahir dan bathin ya Pak.” Kembali dengan santunnya si penjaga pom menyapa si Bapak dan keluarganya. Ucapan selamat berlebaran dari sipenjaga pom kembali diacuhkan si Pejabat. Dengan lapang dada si pemuda penjaga pom bensin menerima perlakuan tersebut. “ mulai dari nol ya pak? Ujarnya berucap dilanjutkannya dengan membuka tutup tangki mobil dan mengisi mobil tersebut dengan bensin yang dipesan.

Entah kenapa leher si-pejabat yang biasanya hanya tertuju kedepan karena sering dipergunakan menjaga wibawa, pada hari yang fitri itu diputar Allah kesamping kiri hingga dari balik kaca spion mobilnya si-pejabat melihat seorang anak muda sedang mengisikan bensin mobilnya. Layaknya sebuah film yang diputar kembali…ia mengingat-ingat, betapa ia selama ini sudah menjadi manusia yang sombong dan angkuh hanya karena menjadi orang yang ber harta. Ia juga mengingat-ingat betapa selama ini sudah menjadi manusia yang gila hormat tanpa sedikitpun menghargai dan menghormati orang lain apalagi terhadap orang orang miskin. Ia ingat disaat berpuasa kemarin ia sudah meremehkan harkat dan martabat seorang pemuda yang saat ini mengisikan bensin mobilnya. Dihari yang Fitri ini hatinya di beri hidayah di-ingatkan Allah atas sikap-sikapnya selama ini. Dihari Fitri ini ia di-ingatkan kembali, betapa ia sudah banyak berbuat salah.

Dengan matanya yang berbinar si-pejabat turun dari mobilnya untuk meminta ampun dan maaf pada si pemuda. Dijabatnya tangan si pemuda,…dirangkulnya tubuh si-pemuda tersebut sebagai permohonan maafnya. Kembali sebuah kalimat yang sangat mulia terlontar dari mulut si Pemuda “ MULAI DARI NOL ya PaaaK” ujarnya. “ Iyaa nak MULAI DARI NOL” balas di-Bapak sambil tersenyum.

Iklan ini dari awal sampai akhir sarat akan makna, dan setiap melihat iklan ini tampil di Televisi, saya tidak bisa menyembunyikan keterharuan saya dan terus terang mungkin semua orang akan berharap banyak akhir dari adegan diatas akan terjadi ditempat tempat apa saja tidak sebatas hanya di pom bensin, apakah itu di-kantor, di rumah, di pasar atau dimana saja.

Dikantor, para pekerja mungkin mengharap mempunyai atasan yang ramah sehingga suasana kerja tidak berasa tegang dan kaku. Karena masih banyak pimpinan yang jaga image (ja’im) dengan bawahannya. Mereka merasa dengan menciptakan suasana tersebut para bawahan akan lebih menjadi taat dan hormat, padahal tanpa disadari bisa saja penghormatan itu hanya didapat dari depan saja sedang dibelakang sipimpinan di cibir dan menjadi bahan umpatan bawahannya bahkan mendapat gelar macam-macam, begitu juga dirumah, isteri dan anak-anak sangat mengharapkan kesetiaan dan kasih sayang yang tulus dari seorang ayah. Setia karena mampu membawa dirinya menjaga kepercayaan isteri dan anak-anaknya dalam suasana dan situasi apapun. Kasih sayang selalu ditebar hingga menjadikannya bukan orang asing dalam rumah tangganya, kehadirannya selalu membuat suasana sejuk, indah dan damai.

Penghormatan dan pujian itu akan mengalir dengan sendirinya jika memang kita sudah menjalankan tugas dan peran kita dengan baik, penghormatan itu bukan dicari-cari. dengan sikap sombong dan angkuh, apalagi dengan pamer-pamer kekayaan dan jabatan. Kekayaan dan Jabatan tidak selamanya kita miliki,…karena semuanya akan ditinggalkan. Yang dikenang orang hanyalah perbuatan baik kita, Yang dikenang orang adalah ketulusan dan keikhlasan kita.

Mulai dari Nol, bukanlah sebatas kalimat biasa. Ia bisa berarti “kembali kepada fitrah setelah berjuang sebulan penuh melawan hawa nafsu dan berhasil mengendalikan diri dari segala hawa nafsu duniawi yang berlebihan dan tidak terkendali, atau nafsu batiniah yang tidak seimbang yang membuat kita menjadi buta dan tuli, menjadikan tidak peka dengan lingkungan sekitarnya secara objektif.

Mulai dari Nol, bisa jadi berarti kita lebih pandai membaca suasana, mengerti dan mengetahui dimana kita sekarang berdiri dan tidak menjadi makhluk asing di dalam diri kita sendiri sehingga kita mengetahui apa yang benar dan apa yang salah selama ini

Semoga “mulai dari Nol” juga di tetapkan Allah atas diri kita setelah kita ikhlas berpuasa di bulan Ramadhan sehingga kita kembali terlahir laksana seorang bayi dari perut sang bunda. Idul Fitri sudah di depan mata, Kembalikan diri kita ke NOL, Kembalikan diri kita pada fitrahnya sebagai seorang hamba Illahi Robbi dalam Tugas dan Peran apapun. Wassalam.

No comments: