Thursday, October 30, 2008

BERHAJI MENUJU PROSES PERUBAHAN DIRI

Dalam minggu ini mungkin tidak hanya saya saja yang mendapat undangan selamatan haji, saya rasa andapun mendapatkan hal yang sama. Kitapun dengan tulus memenuhi undangan tersebut untuk saling maaf memaafkan dan saling ihlas atas apa yang sudah kita lakukan selama bergaul. Kitapun dengan tulus mendoakan sahabat dan saudara kita semoga diberi kesehatan, keselamatan dan kemudahan dalam melaksanakan ibadah haji nanti. Semoga pula sahabat dan saudara kita diberi kemampuan memaknai setiap syarat dan rukun haji yang ia kerjakan hingga tertanam dalam jiwa sepanjang perjalanan hidupnya.More...

Menurut saya Ibadah haji merupakan bentuk ibadah yang memiliki beragam makna, didalamnya tersirat bermakna ritual, individual, psikologis dan sosial maupun makna lainnya. Bermakna ritual karena haji adalah salah satu rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan setiap muslim bagi yang mampu, dan pelaksanaannya diatur secara jelas dalam Al Quran. Haji juga bermakna sebagai ibadah individual, karena keberhasilan haji sangat ditentukan oleh kualitas masing-masing jamaah haji dalam memahami aturan dan ketentuan dalam melaksanakan ibadah haji.

Makna psikologis dalam ibadah haji berarti setiap pribadi jamaah harus mempunyai kesiapan mental yang kuat dalam menghadapi berbagai perubahan seperti perbedaan suhu dan iklim, budaya bangsa Arab yang sangat berbeda dengan adat dan adab bangsa kita. Sedang ibadah haji bermakna sosial, adalah bagaimana para jamaah haji punya pengetahuan, pemahaman serta mau mengaplikasikan pesan-pesan simbolik yang ada dalam pelaksanaan ibadah haji untuk diwujudkan ke dalam kehidupan nyata.

Berhaji tidaklah semata-mata hanya untuk kepentingan kita dengan Allah, justru yang paling penting adalah dapat mengambil makna di balik simbol-simbol ritualitas haji untuk membentuk kepribadian dalam pergaulan dengan sesama. Dengan demikian, memahami dan menemukan makna sosial dalam ibadah haji adalah menjadi suatu keharusan bagi setiap umat Islam khususnya bagi jamaah haji.

Berhaji bukanlah ukuran kekayaan atau status, tapi berhaji adalah dalam rangka mencukupkan Rukun Islam kelima meskipun dalam salah satu syaratnya adalah mampu lahir dan batin. Berhaji adalah memenuhi panggilan Allah ke tanah suci Makkah dan Madinah. Untuk merenungkan esensi dan substansi haji di tengah simbolitas dan formalitas syarat-rukunnya. Diharapkan, dengan refleksi yang mendalam makna di balik semua itu, jamaah haji akan menemukan sebuah kekuatan dalam proses perubahan diri menuju terbentuknya kesalehan ritual dan sosial untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Semoga mayoritas para jemaah tidak terjebak dalam pelaksanaan syarat dan rukunnya saja, tanpa mampu mengungkap makna tersembunyi di balik rangkaian ibadah haji. sehingga sesudah berhaji tidak ada perubahan dalam kehidupannya. Kebanyakan orang lebih memaknai ibadah haji sebagai ibadah yang hanya penuh dengan ritualnya saja. Padahal, jika dipikir dan direnungkan, ibadah haji banyak mengandung makna sosial. Bukankah substansi agama kita adalah agama yang Rahmatan Lil’alamiin ?.

Kesalehan ritual dan sosial adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Kesalehan ritual mampu membuat orang menjadi shaleh secara sosial sedangkan keshalehan sosial muncul karena ketekunan dan ikhlas melakukan ritual.

Berhaji memiliki nilai yang besar jika kita mampu memaknainya. Salah satu caranya adalah mengungkap makna di balik syarat dan rukunnya. Makna sosial ibadah haji dapat diambil dari serangkaian kegiatan yang dilakukan selama ibadah haji berlangsung. Di antara kegiatan ritual haji yang mengandung makna sosial antara lain adalah :

Ihram, mengandung makna melepaskan dan membebaskan diri dari lambang material dan ikatan kemanusiaan. Dengan berpakaian ihram maka manusia mampu melihat manusia sebagai manusia karena semua manusia melepas bungkusan pakaian manusianya yang sering menjadi simbol kepalsuan dan kebohongan , ihram juga bermakna mengkosongkan diri dari mentalitas keduniawiaan, membersihkan diri dari nafsu serakah , kesombongan serta kesewenang-wenangan. Thawaf, berputar mengelilingi Ka’bah melambangkan kegiatan manusia yang tiada pernah berhenti dalam berjuang sebagaimana alam semesta yang terus berputar dan bertasbih tak kenal lelah sampai kehidupan ini akhirnya ditutup oleh Yang Maha Mengatur Kehidupan. Thawaf juga mengandung makna keluar dari lingkungan manusia yang buas masuk ke dalam lingkungan Rabbaniyah yang penuh kasih sayang, saling menghargai dan saling menghormati. . Sebelum thawaf, jamaah haji terlebih dahulu melontar jumrah sebagai pertanda mengusir setan yang menggoda Nabi Ibrahim as, Nabi Ismail as dan Siti Hajar. Setiap jamaah haji harus selalu berusaha mengusir godaan setan yang bersarang dalam dirinya. Sa’i, mengandung isyarat kesediaan menjalankan tugas dan tanggung jawab (berjalan) bagi jamaah haji ke arah hal-hal yang positif dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Tahallul, (memotong rambut) mengandung isyarat pembersihan, penghapusan sisa-sisa cara berfikir yang kotor yang masih berada dalam kelopak kepala masing-masing manusia. Jamaah haji yang telah menjalankan tahallul mesti harus memiliki cara berfikir, konsep kehidupan yang bersih, baik, tidak menyimpang dari etika dan norma sosial maupun agama.

Makna sosial ibadah haji mengajarkan kepada umat Islam umumnya dan jamaah haji khususnya senantiasa merubah pikiran, sikap serta perilaku yang lebih bermanfaat untuk masyarakat dan orang lain, janganlah kita hanya memiliki persepsi bahwa ibadah haji itu hanya untuk Allah, justru yang paling penting ibadah haji itu diperuntukkan bagi sesama manusia dengan cara selalu menjaga, menghormati, menghargai, kasih sayang dan saling menjunjung tinggi harkat dan martabat sesama.

Semoga haji yang di dapat jemaah kita adalah haji yang mabrur, haji yang membawa perubahan didalam diri, menjadi orang yang saleh, menjadi pribadi-pribadi dengan akhlak mulia dan terpuji sehingga membawa manfaat tidak hanya bagi dirinya tapi juga bagi sesamanya. Amin.

No comments: